BAB I
DISKRIMINASI
1.1
Pengertian
Apa yang dimaksud dengan diskriminasi? Pengertian
diskriminasi adalah suatu sikap, perilaku, dan tindakan yang tidak adil atau tidak seimbang yang dilakukan
oleh individu atau kelompok terhadap individu atau kelompok lainnya.
1.2
Jenis dan Tipe
Adapun jenis dan tipe diskriminasi adalah
sebagai berikut:
·
Diskriminasi
langsung, Ini adalah suatu bentuk
diskriminasi dimana hukum, peraturan, atau kebijakan dibuat dengan menyebutkan
secara jelas karakteristik tertentu. Misalnya agama, ras, jenis kelamin,
kondisi fisik, sehingga sebagian orang tidak mendapatkan peluang yang sama.
·
Diskriminasi
tidak langsung, Tipe diskriminasi
ini terjadi ketika suatu peraturan yang sifatnya netral namun dalam
pelaksanaannya di lapangan terjadi diskriminasi terhadap masyarakat yang
memiliki karakteritik tertentu.
1.3
Contoh bentuk diskriminasi
Adapun beberapa contoh bentuk diskriminasi
adalah sebagai berikut:
1.
Contoh
diskriminasi gender; menetapkan gaji yang
lebih rendah kepada tenaga kerja wanita dibanding pria meskipun tugas dan
tanggungjawabnya sama.
2.
Contoh
diskriminasi ras; menutup peluang
kerja suatu jenis pekerjaan bagi ras tertentu sehingga tidak ada kesetaraan
pada jenis pekerjaan tersebut.
3.
Contoh
diskriminasi agama; mempersulit atau
menghambat proses kegiatan keagamaan lain di suatu daerah dengan alasan
mayoritas penduduk di daerah tersebut adalah agama yang berbeda.
4.
Contoh
diskriminasi sosial; pelayanan berbeda
atas fasilitas umum (misalnya fasilitas kesehatan) terhadap masyarakat yang
kaya dan masyarakat yang kurang mampu.
BAB II
INTEGRASI
2.1 Pengertian
Integrasi adalah proses penyatuan dari sisi kedaulatan wilayah
menjadi satu kesatuan yang berlandasan azas yang sama.
2.2 Macam-macam Integrasi
Proses integrasi tidak terjadi begitu saja, tetapi merupakan
suatu proses yang panjangdalam waktu yang cukup lama, dan berikut ini
macam-macam integrasi :
a. Integrasi Kebudayaan.
Integrasi kebudayaan adalah penyusaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga mencapai keserasian fungsi dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Integrasi Sosial.
Integrasi sosial merupakan penyusaian diantara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan sosial sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang serasi bagi masyarakat tersebut.
c. Integrasi Nasional
Integrasi nasional adalah proses penyusaian diantara
unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan dimasyarakat secara nasional
sehingga menghasilkan suatupola kehidupan yang serasi fungsinya bagi masyarakat
tersebut.
BAB III
PERTENTANGAN
SOSIAL/ KONFLIK
3.1 Pengertian
Konflik Menurut Para Ahli :
1.
Pengertian konflik menurut Gillin (1948)
Proses sosial antar individu maupun kelompok dalam mecapai tujuan dengan pertentangan secara langsung dengan kekerasan dan ancaman.
Proses sosial antar individu maupun kelompok dalam mecapai tujuan dengan pertentangan secara langsung dengan kekerasan dan ancaman.
2.
Pengertian konflik menurut Max Waber (1968)
Konflik adalah tindakan yang dilakukan secara sengaja untuk melaksanakan kehendak satu pihak dengan cara perlawanan ke pihak lain.
Konflik adalah tindakan yang dilakukan secara sengaja untuk melaksanakan kehendak satu pihak dengan cara perlawanan ke pihak lain.
3.
Pengertian konflik menurut Taquiri (1997)
Warisan kehidupan sosial yang berlaku untuk berbagai keadaan ketidak setujuaan, kontroversi dan pertentangan antar pihak pihak tertentu.
Warisan kehidupan sosial yang berlaku untuk berbagai keadaan ketidak setujuaan, kontroversi dan pertentangan antar pihak pihak tertentu.
4.
Pengertian konflik menurut Soerono Soekanto
Yang terakhir pengertian konflik para ahli yaitu proses sosial individu atau kelompok untuk mendapatkan tujuannya dengan cara menentang pihak lawan dengan ancaman
dan kekerasan.
Yang terakhir pengertian konflik para ahli yaitu proses sosial individu atau kelompok untuk mendapatkan tujuannya dengan cara menentang pihak lawan dengan ancaman
dan kekerasan.
3.2 Penyebab Konflik
Sosial di Masyarakat :
·
Perbedaan
individu
Perbedaan yang meyangkut perasaan, pendapat atau ide persoalan harga diri. Perbedaan kebiasaan dapat menimbulkan kebencian sebagai faktor utama timbulnya konflik sosial.
Perbedaan yang meyangkut perasaan, pendapat atau ide persoalan harga diri. Perbedaan kebiasaan dapat menimbulkan kebencian sebagai faktor utama timbulnya konflik sosial.
·
Perbedaan
kebudayaan
Keperibadian individu di bentuk tergantung dengan kondisi lingkungan keluarga dan masyarakatnya. Setiap individu memiliki nilai sosial yang berbeda – beda. Apa yang dilakukan suatu kelompok belum tentu dilakukan oleh kelompok lain. Jika pada hal ini setiap individu tidak mempunyai rasa menghargai sesame akan terjadi konflik sosial.
Keperibadian individu di bentuk tergantung dengan kondisi lingkungan keluarga dan masyarakatnya. Setiap individu memiliki nilai sosial yang berbeda – beda. Apa yang dilakukan suatu kelompok belum tentu dilakukan oleh kelompok lain. Jika pada hal ini setiap individu tidak mempunyai rasa menghargai sesame akan terjadi konflik sosial.
·
Perbedaan
kepentingan
Perbedaan kepentingan mengenai kepentingan politik, ekonomi maupun sosial setiap individu atau kelompok memiliki tujuan yang brbeda, seringkali dari hal ini timbul konlik antar individu maupun kelompok.
Perbedaan kepentingan mengenai kepentingan politik, ekonomi maupun sosial setiap individu atau kelompok memiliki tujuan yang brbeda, seringkali dari hal ini timbul konlik antar individu maupun kelompok.
·
Perbedaan
sosial
Perbedaan sosial yang terjadi terlalu cepat sangat mempengaruhi keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku di lingkungan masyarakat. Dan konflik ini dapat terjadi karena ketik susaian dengan harapan individu atau kelompok dengan kenyataan sosial yang ada.
Perbedaan sosial yang terjadi terlalu cepat sangat mempengaruhi keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku di lingkungan masyarakat. Dan konflik ini dapat terjadi karena ketik susaian dengan harapan individu atau kelompok dengan kenyataan sosial yang ada.
3.3 Contoh Konflik
Sosial di Indonesia :
·
Konflik
di Lampung
Yang terjadi suku lampung dengan suku bali, konflik ini di latar belakang i adanya kesenjangan sosial terutama masalah ekonomi.
Yang terjadi suku lampung dengan suku bali, konflik ini di latar belakang i adanya kesenjangan sosial terutama masalah ekonomi.
·
Konflik
di papua
Yang terjadi karena perebutan kekukasan dan eksistensi rasa tau suku di daerah itu. Kurang lebihnya ada 1 masalahkonflik setiap setahun sekali.
Yang terjadi karena perebutan kekukasan dan eksistensi rasa tau suku di daerah itu. Kurang lebihnya ada 1 masalahkonflik setiap setahun sekali.
·
Konflik
di jawa barat
Terjadi antar organisasi FPI dengan GMBI pada tahun 2017 pada konflik ini benar tidak memakan korban akan tetapi menyebabkan banyak kerugian material.
Terjadi antar organisasi FPI dengan GMBI pada tahun 2017 pada konflik ini benar tidak memakan korban akan tetapi menyebabkan banyak kerugian material.
·
Konflik
di Jakarta
Terjadi pada tahun 1998 yang dikarenakan munculnya penolakan yang mengatasnamankan privumi dengan mengusir, pemerkosaan dan pencurian terhadap etnis cina.
Terjadi pada tahun 1998 yang dikarenakan munculnya penolakan yang mengatasnamankan privumi dengan mengusir, pemerkosaan dan pencurian terhadap etnis cina.
BAB IV
ILMU PENGETAHUAN DAN
TEKNOLOGI (IPTEK)
4.1 Pengertian
IPTEK
IPTEK adalah akronim dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
dimana dari akronim tersebut mempunyai artinya sendiri, baik Ilmu, Pengetahuan,
maupun Teknologi.
Ilmu dapatlah
dipandang sebagai produk, sebagai proses, dan sebagai paradigma etika.
- Ilmu dipandang sebagai proses karena
ilmu merupakan hasil dari kegiatan sosial, yang berusaha memahami alam,
manusia dan perilakuknya baik secara individu atau kelompok.
- Ilmu sebagai produk artinya
ilmu diperoleh dari hasil metode keilmuan yang diakui secara umum dan
sifatnya yang universal. Oleh karena itu ilmu dapat diuji kebenarannya,
sehingga tidak mustahil suatu teori yang sudah mapan suatu saat dapat
ditumbangkan oleh teori lain.
- Ilmu sebagai paradigma ilmu, karena
ilmu selain universal, komunal, juga alat meyakinkan sekaligus dapat
skeptis, tidak begitu saja mudah menerima kebenaran.
Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga komponen
penyangga tubuh pengetahuan yang disusun sebagai berikut:
- Ontologis, dapat diartikan sebagai hakikat apa yang dikaji oleh
pengetahuan, sehingga jelas ruang lingkup wujud yang menjadi objek
penelaahannya, dengan kata lain ontologis merupakan objek formal dari
suatu pengetahuan
- Epistemologis, dapat diartikan sebagai cara bagaimana materi
pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi tubuh pengetahuan
- Aksiologis, merupakan asas menggunakan ilmu pengetahuan atau
fungsi dari ilmu pengetahuan.
Teknologi, teknologi merupakan berasal dari bahasa Yunani, yaitu tekne,
yang berari pekerjaan, dan logos, berarti suatu studi peralatan,
prosedur dan metode yang digunakan pada berbagai cabang industri. Berikut ini
definisi teknologi menurut para ahli :
a. Menurut Prayitno dalam Ilyas
(2001), teknologi adalah seluruh perangkat ide, metode, teknik benda-benda
material yang digunakan dalam waktu dan tempat tertentu maupun untuk memenuhi
kebutuhan manusia
b. Menurut Mardikanto (1993),
teknologi adalah suatu perilaku produk, informasi dan praktek-praktek baru yang
belum banyak diketahui, diterima dan digunakan atau diterapkan oleh sebagian warga
masyarakat dalam suatu lokasi tertentu dalam rangka mendorong terjadinya
perubahan individu dan atau seluruh warga masyarakat yangbersangkutan.
c. Menurut Jaques Ellul memberi
arti teknologi sebagai ”keseluruhan metode yang secara rasional mengarah dan memiliki
ciri efisiensi dalam setiap bidang kegiatan manusia”. Pengertian teknologi
secara umum adalah:
- proses yang
meningkatkan nilai tambah
- produk yang
digunakan dan dihasilkan untuk memudahkan dan meningkatkan kinerja
BAB IV
KEMISKINAN
4.1 Pengertian Kemiskinan
Adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak
mampu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti pangan, sandang, tempat
tinggal, pendidikan, dan kesehatan yang layak.
Secara kuantitatif, kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana
taraf hidup manusia serba kekurangan atau “tidak memiliki harta beda. Sedangkan
secara kualitati, pengertian kemiskinan adalah keadaan hidup manusia yang tidak
layak.
Kemiskinan sangat berhubungan dengan masalah
kesejahteraan masyarakat dan menjadi tingkat minimum yang didapatkan
berdasarkan standar hidup masyarakat di suatu negara. Kemiskinan sudah
menjadi masalah global, dimana setiap negara memiliki anggota masyarakat yang
berada di bawah garis kemiskinan.
4.2 Jenis-Jenis Kemiskinan
Secara umum, ada beberapa jenis
kemiskinan yang ada di masyarakat. Berikut ini adalah jenis-jenis dan contoh
kemiskinan tersebut:
1. Kemiskinan Subjektif
Jenis kemiskian ini terjadi
karena seseorang memiliki dasar pemikiran sendiri dengan beranggapan bahwa
kebutuhannya belum terpenuhi secara cukup, walaupun orang tersebut tidak
terlalu miskin.
Contohnya: pengemis musiman yang muncul di kota-kota
besar.
2. Kemiskinan Absolut
Jenis kemiskinan ini adalah
bentuk kemiskinan dimana seseorang/ keluarga memiliki penghasilan di bawah
standar kelayakan atau di bawah garis kemiskinan. Pendapatannya tersebut tidak
dapat memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan.
Contoh kemiskinan absolut: keluarga yang kurang mampu.
3. Kemiskinan Relatif
Jenis kemiskinan ini adalah
bentuk kemiskinan yang terjadi karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum
menyentuh semua lapisan masyarakat. Kebijakan tersebut menimbulkan ketimpangan
penghasilan dan standar kesejahteraan.
Contohnya: banyaknya pengangguran karena lapangan
pekerjaan sedikit.
4. Kemiskinan Alamiah
Ini merupakan kemiskinan yang
terjadi karena alam sekitarnya langka akan sumber daya alam. Hal ini
menyebabkan masyarakat setempat memiliki produktivitas yang rendah.
Contohnya: masyarakat di benua Afrika yang tanahnya kering dan
tandus.
5. Kemiskinan Kultural
Ini
adalah kemiskinan yang terjadi sebagai akibat kebiasaan atau sikap masyarakat
dengan budaya santai dan tidak mau memperbaiki taraf hidupnya seperti
masyarakat modern.
Contohnya: suku Badui
yang teguh mempertahankan adat istiadat dan menolak kemajuan jaman.
6. Kemiskinan Struktural
Kemiskinan
ini terjadi karena struktur sosial tidak mampu menghubungkan masyarakat dengan
sumber daya yang ada.
Contohnya: masyarakat
Papua yang tidak mendapatkan manfaat dari Freeport.
4.3 Faktor Penyebab Kemiskinan
Setelah
memahami pengertian kemiskinan dan jenis-jenisnya, maka kita juga perlu
mengetahui apa penyebanya. Berikut ini adalah beberapa faktor penyebab
kemiskinan yang paling umum:
1. Laju Pertumbuhan Penduduk
Angka
kelahiran yang tinggi akan mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk suatu negara
menjadi besar. Bila laju pertumbuhan ini tidak sebanding dengan pertumbuhan
ekonomi, maka hal ini akan mengakibatkan angka kemiskinan akan semakin
meningkat di suatu negara.
2. Angka Pengangguran Tinggi
Lapangan
kerja yang terbatas menyebabkan angka pengangguran di suatu negara menjadi
tinggi. Semakin banyak pengangguran maka angka kemiskinan juga akan meningkat.
Peningkatan angka
pengangguran juga dapat menimbulkan masalah lain yang meresahkan masyarakat.
Misalnya munculnya pelaku tindak kejahatan, pengemis, dan lain-lain.
3. Tingkat Pendidikan yang Rendah
Masyarakat
yang tingkat pendidikannya rendah cenderung tidak memiliki keterampilan,
wawasan, dan pengetahuan yang memadai. Sehingga mereka tidak bisa bersaing
dengan masyarakat yang berpendidikan tinggi di dunia kerja maupun dunia
usaha. Hal ini kemudian membuat angka pengangguran dan kemiskinan menjadi
bertambah.
4. Bencana Alam
Bencana
alam merupakan faktor penyebab kemiskinan yang tidak dapat dicegah karena
berasal dari alam. Bencana alam seperti tsunami, banjir, tanah longsor, dan
lain-lain, akan menimbulkan kerusakan pada infrastruktur maupun psikologis.
Peristiwa bencana alam
yang besar dapat mengakibatkan masyarakat mengalami kemiskinan karena
kehilangan harta.
5. Distribusi yang Tidak Merata
Ketidaksamaan pola kepemilikian
sumber daya akan menimbulkan ketimpangan dalam distribusi pendapatan. Pada
umumnya, masyarakat yang hanya memiliki sumber daya terbatas dan berkualitas
rendah berada di bawah garis kemiskinan.
4.4 Dampak Kemiskinan
Pada umumnya kemiskinan akan
memberikan dampak negatif bagi masyarakat. Berikut ini adalah beberapa dampak
kemiskinan yang sering terjadi:
1. Kriminalitas Meningkat
Kemiskinan seringkali dikaitkan
dengan kriminalitas. Bukan tanpa sebab, karena masyarakat miskin cenderung
melakukan apa saja untuk memenuhi kebuhtuhan hidup mereka, termasuk melakukan
kriminalitas. Beberapa bentuk kriminalitas tersebut yaitu pencurian,
perampokan, begal, penipuan, bahkan pembunuhan.
2. Angka Kematian yang Tinggi
Masyarakat yang hidup di bawah
garis kemiskinan umumnya tidak mendapatkan akses kesehatan yang memadai. Hal
ini menyebabkan tingginya angka kematian pada masyarakat miskin.
Selain itu, gizi yang buruk juga
merupakan masalah yang sering terjadi pada masyarakat miskin. Asupan gizi yang
kurang menyebabkan kesehatan dan perkembangan fisik masyarakat miskin sangat
buruk.
3. Akses Pendidikan Tertutup
Biaya pendidikan yang cukup
tinggi mengakibatkan masyarakat miskin tidak dapat menjangkau dunia pendidikan.
Hal ini semakin memperburuk situasi masyarakat yang kekurangan karena kurangnya
pendidikan membuat mereka tidak bisa bersaing dan tidak bisa bangkit dari
keterpurukan.
4. Pengangguran Semakin Banyak
Masyarakat miskin yang tidak
mendapatkan akses pendidikan akan sulit bersaing di dunia kerja maupun usaha.
Hal ini kemudian akan menyebabkan pengangguran semakin meningkat.
5. Munculnya Konflik di Masyarakat
Rasa kecewa dan ketidakpuasan
masyarakat miskin biasanya dilampiaskan dengan berbagai tindakan anarkis.
Bahkan seringkali konflik bernuansa SARA timbul di masyarakat sebagai cara
pelampiasan kekecewaan masyarakat miskin.
BAB V
LEMBAGA AGAMA
5.1 Pengertian
Lembaga Agama
Pengertian lembaga agama adalah lembaga mengatur kehidupan manusia. Hal ini
sebagimana yang diungkapkan oleh para ahli, salah satunya tokoh sosiologi Emile
Durkheim yang menyatakan bahwa agama adalah suatu sistem kepercayaan dan
tingkah laku yang berhubungan dengan hal-hal yang dianggap sakral dan dilarang.
Definisi lembaga agama ini tentusaja mempersatukan semua
penganutnya menjadi satu komunitas moral berdasarkan nilai-nilai bersama. Agama
sebagai suatu kepercayaan memuat ajaran dan petunjuk agar penganutnya selamat
di dunia dan pada kehidupan selanjutnya.
Agama juga merupakan seperangkat hukuman atau aturan tingkah
laku yang selalu mengacu kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agama yang diakui di
Indonesia adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
5.2 Ciri-Ciri
Lembaga Agama
Lembaga agama memiliki beberapa ciri sebagai berikut.
- Merupakan sistem keyakinan.
- Merupakan perwujudan sesuatu yang diyakini
sebagai hal gaib.
- Menjadi pendorong, penggerak, dan pengendali
perilaku.
- Mempersatukan umat.
- Bertujuan memuliakan umatnya.
5.3 Peran
dan Fungsi Lembaga Agama
Peran dan fungsi lembaga agama
secara garis besarnya dibedakan menjadi dua, yaitu manifes (nyata) dan later
(tersembunyi).
5.4 Fungsi Manifes Lembaga Agama
Adapun fungsi manifes lembaga agama sebagai berikut.
·
Edukatif
Lembaga agama mengajarkan dan
membenikan pendidikan moral (berfungsi edukatif) bagi pemeluknya tentang
hal-hal yang baik atau buruk sebagai pedoman tingkah laku pemeluknya. Ajaran
agama memberikan penjelasan mengenai tindakan yang harus dilakukan dan
dihindari oleh umat beragama
·
Penyelamat
Melalui lembaga agama setiap masyarakat memiliki keyakinan
akan terselamatkan kehidupannya baik di dunia maupun pada kehidupan
selanjutnya. Setiap manusia tidak terhindar dan berbagai masalah dalam
kehidupannya sehingga agama dapat menjadi penyelamat manusia.
·
Pengawas
Sosial
Lembaga agama berperan Iangsung untuk mewujudkan keteraturan
sosial dalam kehidupan bermasyarakat melalui larangan-larangan yang ada dalam
kitab suci setiap agama. Dalam kitab suci dan ajaran agama terdapat sanksi yang
kelak akan diterima apabila masyarakat melanggarnya.
·
Persaudaraan
Lembaga
agama mampu mempertemukan kelompok atau golongan manusia yang heterogen dalam
hal kebudayaan, ras, dan suku bangsa ke dalam suatu keluarga besar lembaga
agama. Keterikatan persaudaraan terjalin ketika masyarakat merasakan adanya solidaritas
dan kesatuan yang kuat karena adanya satu kepercayaan agama tertentu.
1. Fungsi Laten Lembaga Agama
Fungsi laten lembaga agama adalah memunculkan sikap
fanatisme. Anggapan bahwa agama tertentu lebih balk daripada agama lain dapat
menimbulkan sikap fanatisme sehingga dapat mengganggu kerukunan dan
ketenteraman hidup beragama.
5.5 Contoh
Lembaga Agama
Indonesia sebagai negara yang
memiliki banyak agama, tentusaja menciptkaan berbagai lembaga agama. Salah satu
contohnya lembaga agama di Indonesia adalah MUI (Majelis Ulama’ Indonesia) yang
mengakomodasi dan mengewasi setiap kegiatan agama, khususnya Agama Islam.
Begitupula dengan agama lainnya, misalnya saja dalam Agama Kristen adalah
Lembaga Agama PGI (Persekutuan Gereja-Gereje Indonesia), dan dalam Agama
Katolik ada KWI yang artinya adalah Konferensi Wali Gereja Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar